Rabu, 16 Juni 2010

Lukisan Merah


karya: Apri Munganti

Terlukislah
segala gemerlap tanyamu
dengan tawa tak sesungguhnya

rawa kelakar menikam ulu ati
emosi jiwa yang merindu dendam
setiap kata terucap
tersirat asa, mengakar

gelegar gelegak tawa tak mampu membendung perih
menjadikannya danau merah
dari arteri terputus
oleh sebilah pisau yang tajamnya tak seberapa

tertanam pada nalar selaksa jiwa
berhimpitan dengan asa penyejuk dahaga

senandung luka tak begitu ringan
dan memang
danau merah itu
melukis di atas kanvas batu

_15 Juni 1010, 20:03 WIB_

Selasa, 15 Juni 2010

When...


when . . .
You can get lost in my thoughts
without making me sick
and without making me hurt

everything seemed easy for you
but not for me
I was just a pile of dust
who hope to become a jewel
the figure charming soul

Entahlah...

Oleh : Apri Munganti


ketika semuanya harus terjadi
ku tak pernah tau sebelumnya

ketika semuanya harus berakhir
ku dapat merasakannya

ketika semuanya harus berpisah
ku merasa sedih karenanya, bukan kamu . . .
yang selalu menggangguku
yang membuatku melamun sepanjang waktu

tapi kini aku rindu kamu, bukan dia . . .
yang membuatku mempunyai asa
yang membuatku tersenyum ceria

sebuah relita yang tak pernah ku duga . . .
memberimu tempat dalam pikiranku
membiarkanmu mengarungi imajinasiku
tanpa harus kau meminta izin terlebih dahulu

kamu tak pernah menyadari
bahwa kamu adalah seorang yang membuatku terpesona dan takut dalam waktu yang sama
senyap tak lagi peduli

pada hati yang telah mati

jua tak pernah mengerti

pada senja yang telah pergi


tak pernah ku rangkai nada

untuk alunan yang berisik

untuk rindu yang tak ku pahami

apalagi untuk sesuatu yang kujalani


haruskah ku berpaling

dari kasih yang ku ingin

dari dusta yang ku rangkai

untuk sekedar memenuhi egoku


sang waktu,,,
usirlah aku
dari kemayaan riang
dari hati yang kelam . . .

AKU RINDU

Oleh : Apri Munganti

saat air matamu menetes,
aku tak dapat melihat betapa sedihnya wajahmu
karena jika aku melihatmu menangis, maka aku akan menangis pula

aku tak mengerti,
ketika amarahmu memuncak
apakah itu sebuah rasa kesedihan
atau sebuah rasa kekesalan

yang ku tau hanya aku tak mengerti perasaanmu
kau yang luluhkan hatiku
dan sekaligus dapat membuat hatiku keras, sekeras batu

terkadang aku tak menuruti perkataanmu
perintahmu
nasehat-nasehat yang berarti untukku

aku ingin lebih dekat denganmu
dan memahami perasaanmu
yang ku rasa tak seperti hatiku


aku takut tak dapat mendengarlagi perkataanmu
perintahmu
nasehat yang berarti untukku darimu

bu, pa
aku sayang
aku rindu
aku ingin bertemu,,,
dari tirani yang menyesakkan,,,

ku taruh harapan pada rembulan
cahayanya mengharukan,
menyesatkan

kupu-kupu kertas, (lagu Ebit G. Ade)
tak berdaya bila hari kini hujan,,,
__________________________

tanpa harus ku pinta, kau ada di sini,
dan di sana, tapi tak dapat ku rindukan,,,
kata MAAF buatku terluka,,,

bukan meminta, melainkan memaksa
untuk tetap ku berharap
bahwa kau adalah satu-satunya

ku rasa tidak...

gelap itu gulita
terang itu benderang

tak ku pahami semua kata yang terucap dari mulutmu itu,
yang ku tau kau nyata, tetapi tiada,,,

nalarku memuat segalanya,
ucapanmu,
sikapmu,
sifatmu,

kau tau???


memory nya lebih dari 8 giga byte

KISAH

Sudah saatnya untuk diceritakan kembali

biru,,,

kuning,,,

merah,,,

HITAM,,,

gerimis tak jua reda...

BENALU KALBU

Oleh  : Apri Munganti

seteguk keheningan kini ku rasakan
berbaur, menitik ke jantung hati
seperti telaga bening yang terasing
yang kini menjadi sebuah kekosongan

ku rajut benih kasih dari serat purnama
disaksikan oleh rembulan yang retak
ku coba menggapai dahan-dahan waktu
dengan sayap-sayap luka di tubuhku

kepedihan yang pekat ini tak ku anggap
meski ku selalu merasa
dan ku tersadar akan semua hal itu

kalbuku terasa beku
karena terlampau lama didekap oleh embun
tersesat oleh waktu
dan mengemas sebuah luka

luka yang saat ini tercecer
dan menjadi benalu kalbu