Senin, 12 Maret 2012

Penyair dan puisinya itu usai bercengkrama, lalu seketika itu kita sama terdiam. tak ada suara.
adakah kau bersama seribu cerita itu menyapaku?
bukan terlena yang ku rindukan dari pesonamu itu. Tetapi jiwa yang merindu pengharapan sebuah kegelisahan antara kau dan aku.

tak ingatkah kau ketika kita bertikai dengan seribu bahasa?
tak ingatkah kau ketika kita berdiam diri menunggu cahaya?

Beribu pula makna yang ku semaikan dalam benakmu. Mungkin telah terkubur bersama sembilu tajam di kakimu.
Tak ada lagi dering ponsel di Handphone ku sejak saat ku ucap seluruh isi nalarku. bak siang dan malam, kau dan aku tak pernah bertemu. Aku selalu tau, waktu tak pernah bisa menunggu. Meski sarang laba-laba di kamarku bertambah beribu, kau enggan berlalu.

Aku tak pernah tak menemukan kata untuk ku katakan padamu.

Untukmu yang tak pernah pergi dari ingatanku
               yang tak pernah lari dari imajinasiku
               yang tak pernah hilang dari inspirasiku

duka yang begitu dalam menyisakan luka, dari ucapanmu yang bukan untukku. Terlintas di benakku untuk mengusirmu dari hidupku. Namun sayang, aku tak pernah bisa melakukan itu. entah apa yang membuatmu nyaman berada dalam hatiku. tak pernah aku tau.

MUNGKIN KAU


Oleh : Apri Munganti

Aku mencuri sebuah kata dari sang pujangga
Lalu ku berikan padamu tanpa dusta
Dan sejak itu kau tak pernah binasa

ah... kau
Begitulah kau membuatku gila
Tanpa tatapan, tanpa senyuman

Betapa lihainya menyusup kedalam kalbu
Lalu mencuri hatiku
Berlalu.